Pages

Rabu, 11 Oktober 2017

CRITICAL REVIEW JURNAL PERENCANAAN PESISIR
Kajian Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kota Semarang
Oleh : Muhammad Bintang Wahyu Aji ( 08151025 )

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) menginisiasi suatu program inovatif untuk memberikan semangat gerakan baru bagi kebangkitan dan kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia yakni Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang disingkat PDPT untuk mengatasi realitas empat persoalan pokok yang dihadapi oleh desa-desa pesisir di Indonesia saat ini. Empat permasalahan pokok tersebut adalah tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, tingginya kerusakan sumber daya pesisr, rendahnya kemandirian organisasi sosial dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal, serta rendahnya infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. Maka untuk mengikuti program PDPT tersebut, Kota Semarang harus menyiapkan dokumen yang dibutuhkan, khusunya profil desa pesisir tangguh sebagai syarat utamanya.
Kajian pengembangan desa Pesisir tangguh di Kota Semarang bertujuan untuk menyusun profil desa pesisir berupa hasil identifikasi potensi dan permasalahan desa yang digunakan sebagai dasar penetapan desa yang berpeluang menjadi sasaran program PDPT KKP. Proses penyusunan profil desa pesisir tangguh tersebut terdiri dari lima tahap. Tahap satu adalah tahap persiapan untuk koordinasi tim penyusun, stakeholder terkait, metodologi serta penyusunan rencana kerja. Tahap dua, pengumpulan data sekunder dari instansi. Tahap tiga, survei lapangan untuk koreksi data dan validasi data. Tahap empat, identifikasi potensi dan permasalahan, yang didasarkan pada indikator faktor sosial dan kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi, kelembagaan, sumber daya alam, kondisi lingkungan, dan bencana alam pesisir. Penetapan prioritas klaster desa pesisir didasarkan pada hasil skoring dan ranking. Analisis skoring bertujuan untuk memudahkan dalam mengelompokkan desa-desa dengan potensi dan permasalahan yang hampir sama dengan tujuh indikator yang telah ditetapkan. Kemudian dilanjutkan dengan ranking, penentuan ranking dilakukan dengan membuat skala jumlah hasil skoring. Dari hasil analisis penyusunan Profil Desa Pesisir Tangguh di Kota Semarang, telah terpilih 3 kelurahan yaitu Mangkang Kulon, Mangunharjo dan Mangkang Wetan.
Negara Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia serta lautan Hindia dan Pasific, mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Dari data hasil kajian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, menunjukkan kenaikan temperatur permukaan mencapai 1 derajat Celcius selama abad 20. Potensi risiko iklim pada setiap sektor pembangunan semakin meningkat. Dampak perubahan iklim menjadi tantangan prioritas pertama dalam pembangunan nasional. Sehingga pada tahun 2011, pemerintah mulai menginisiasi program rencana penanganan dampak perubahan iklim. Ketika tahun 2014, dokumen Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan atau RAN-API di semua sektor telah dipublikasikan oleh BAPPPENAS.
Penyusunan program aksi adaptasi sub-bidang pesisir dan pulau-pulau kecil mengacu pada Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap (Bappenas, 2010). Program aksi tersebut dilakukan dengan menggunakan lima strategi yaitu di antaranya Stabilitas kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terhadap ancaman perubahan iklim,  Peningkatan kualitas lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, Pelaksanaan pembangunan struktur adaptasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,  Penyesuaian rencana tata ruang kawasan perkotaan terhadap ancaman perubahan iklim, dan Pengembangan dan optimalisasi riset dan sistem informasi tentang perubahan iklim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Strategi-strategi ini diwujudkan melalui lima program utama (klaster). Salah satunya adalah klaster ketiga. Klaster Pengelolaan dan Pendayagunaan Lingkungan dan Ekosistem, yang rencana aksi tersebut diarahkan pada upaya pengembangan Coastal Resilience Village (CRV) atau Desa Pesisir Tangguh. Program PDPT ini difungsikan untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat pesisir berbasis masyarakat baik peningkatan dari segi pelayanan prasarana dan sarana sosial ekonomi, lingkungan hidup, kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam proses keputusan secara partisipasif, serta kesiap siagaan terhadap bencana. Pelaksanaan Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) tidak terpisahkan substansinya dengan RKP 2013, Renstra, serta RPJM. Untuk kedudukan program PDPT dalam konteks perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut UU No. 27 tahun 2007 merupakan rencana zonasi rinci sebagai jabaran dari rencana zonasi kabupaten.
Untuk mengikuti program PDPT dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, salah satu syarat utamanya adalah menyusun profil desa pesisir tangguh yang akan diusulkan. Pada kajian penyusunan profil desa pesisir tangguh di Kota Semarang, menggunakan analisis skoring dan ranking yang didasarkan pada 8 kriteria, yaitu terletak dalam satu wilayah perencanaan, kondisi lingkungan kumuh, angka pengangguran yang tinggi, masyarakat berpendapatan rendah, terjadinya degradasi lingkungan pesisir, rawan terjadi bencana pesisir, tingkat pelayanan prasaran dasar lingkungan terbatas/redah, dan tingkat pelayanan prasarana pendukung kegiatan usaha terbatas/rendah. Delapan kriteria yang digunakan sebagai dasar penetapan desa pesisir PDPT telah sesuai dengan pedoman umum program PDPT yang diberikan oleh KKP, yaitu setidaknya 3 kriteria yang digunakan adalah Lokasi rawan bencana dan perubahan iklim, mempunyai potensi ekonomi lokal unggulan, masyarakat pesisir miskin namun potensial aktif dan memiliki motivasi untuk memperbaiki kehidupannya, kondisi lingkungan permukiman kumuh, terjadi degradasi lingkungan pesisir, dan/atau tingkat pelayanan dasar rendah. Untuk kelengkapan data yang digunakan yang digunakan sebagai dasar analisis, tingkat akurasi beberapa data yang ditampilkan rendah. Dikarenakan kurang adanya konsistensi penulisan sumber dan tahun perolehan data. Sehingga hasil analisis data tersebut dianggap kurang akurat dan obyektif. Dalam proses analisis skoring dan ranking tersebut kurang jelas. Proses analisis tidak ditampilkan untuk setiap desa pesisir yang ada di Kota Semarang. Hanya ditampilkan hasil setiap indikator dan nilai indikator setiap kriteria, dan tidak adanya pemberian keterangan angka yang digunakan dalam proses analisa. Sehingga masyarakat awam kurang memahami proses detail analisis skoring dan ranking yang telah dilakukan di setiap desa pesisir.
Apabila dibandingkan dengan penyusunan profil desa pesisir tangguh lainnya maka data fakta yang ditampilkan cukup lengkap dan akurat, proses analisis lebih detail dan dilengkapi dengan analisis pada isu strategis yang terkait dengan analisis finansial, produksi surplus, serta SWOT. Dalam substansi indikator pada faktor bencana alam pesisr, kurang detail pembahasannya apabila dibandingkan dengan jurnal sejenis yang membahas kerentanan pesisir terhadap perubahan iklim. Diantaranya bisa menggunakan data oseanografi wilayah yang digunakan sebagai dasar analisis terjadinya bencana dengan metode kajian garis pantai, intrusi, dan valuasi kerugian (prediksi kerugian ekonomi). Namun, penyajian proses penyusunan profil desa tangguh di Kota Semarang secara keseluruhan sudah dianggap cukup memenuhi standar pedoman program PDPT KKP.
Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) yang mendorong masyarakat desa menjadi ujung tombak dalam pemerataan pembangunan perlu didukung oleh setiap sektor , Kementrian atau lembaga lain terkait untuk menciptakan sinergi. Dikarenakan program PDPT ini telah mengacu pada Kerangka acuan pengurangan risiko bencana dunia yang dirumuskan di Hyogo, Jepang tahun 2005 (HFA 2005). Yang telah menyebutkan bahwa risiko bencana di suatu kawasan meningkat jika potensi kejadian bahaya yang tinggi bertemu dengan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang tidak tertata untuk menghadapi bencana. Jika indikasi tersebut dibawa untuk melihat kondisi desa-desa pesisir di Indonesia, maka secara umum tingginya potensi risiko bencana di kawasan pesisir Indonesia selain disebabkan oleh faktor geologis dan meteorologis, juga disebabkan oleh kondisi lingkungan dan ekosistem pesisir yang tidak terjaga, rendahnya kemandirian sosial, mulai lunturnya norma dan budaya lokal dalam menjaga lingkungan serta rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar yang berujung pada tingginya tingkat kemiskinan di kawasan pesisir.
Sesuai dengan Program PDPT yang diinisiasi oleh Kemetrian Kelautan dan Perikanan, dalam penyusunan profil desa tangguh perlu adanya pedoman yang lebih detail dan standar baku yang harus ada dalam dokumen. Karena pada buku pedoman yang telah dipublikasikan secara online masih secara umum dan menimbulkan banyak persepsi. Program PDPT ini membutuhkan sinergi antar Kementrian dan stakeholder lainnya untuk menghilangkan ego setiap kepentingan dan bersatu untuk mewujudkan desa pesisir yang tangguh.
Berdasarkan UU No 27 tahun 2007 Program PDPT sudah sesuai dengan tujuan dari RKP 2013, Renstra, RPJP, RZWP3K Kab/Kota, dan Rencana Desa Pesisir Terpadu dan Mandiri 20 Tahun. Untuk selanjutnya, setelah penyusunan profil desa dalam proses, hasil, dan keluaran program PDPT masyarakat dan pemerintah perlu untuk selalu mengawasi jalannya proses yang sedang berlangsung dan bisa mengadopsi beberapa konsep teknis program yang sejenis dengan PDPT dari negara lain yang telah berhasil mengelola kawasan pesisirnya dengan baik. Dan diharapkan pula pemerintah memberikan tambahan target lokasi desa pesisir tangguh yang saat ini masih ditargetkan 22 lokasi serta memberikan bantuan dan informasi terkait program PDPT yang lebih banyak dan jelas pada situs resmi PDPT untuk memberikan kemudahan akses informasi bagi seluruh masyarakat terutama di desa pesisir yang ada di Indonesia.






Daftar Pustaka

Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2011). Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir. Jakarta.
Bappeda Kabupaten Banyuasin. (2013). Penyusunan Dokumen Profil Desa Pesisir di Kabupaten Banyuasin. Pangkalan Balai.
BAPPENAS. (2014). Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Jakarta.

Su’ud, Moh. Mambaus., Dhiroh, Anis Satuna. (2014). Laporan Program Desa Tangguh Bencana 2014 di Desa Pesanggaran. Banyuwangi.

Senin, 20 Maret 2017

Permasalahan Ekosistem Pantai Berpasir Tanjung Jumlai Kabupaten Penajam Paser Utara

Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001). Pada ekosistem pesisir tersebut dibagi dua jenis yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan. Pada ekosistem alami terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah terumbu karang (coral reefs), hutan mangrove, padang lamun Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata (Dahuri, Rais, Ginting dan Sitepu, 2004).
Pada essay ini akan dibahas terkait ekosistem pesisir alami yakni permasalahan yang ada pada ekosistem pantai tanjung jumlai di Kabupaten Penajam Paser Utara, sebelumnya definisi pantai adalah batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan wilayah yang bersifat lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaanlaut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Triadmodjo,1999).
Seperti yang di sebutkan pada website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, Pantai Tanjung Jumlai mempunyai lebar 100 sampai 150 meter dengan bentangan gari pantai sepanjang 15 kilometer membujur dari Kelurahan Tanjung Tengah, Saloloang, Kampung Baru dan Pejala, Kecamatn Penajam.
Kawasan pantai ini terkenal karena eksotis panoramanya, yang didukung pasir kwarsa kasar yang ada di kawasan itu, sehingga dasar laut dapat terlihat jelas. Bahkan ahli geologi laut dari sebuah Yayasan Pesisir yang pernah menangani kawasan ini menyebutkan, keindahannya sangat jarang ditemui di pantai lain di wilayah perairan Indonesia. Dikawasan ini juga tersedia beberapa hectare arealnya sebagai tempat hiking (Perkemahan) dengan panorama alam lautnya, tetapi itu beberapa tahun yang lalu. Nyatanya sekarang pantai tanjung jumlai sudah tidak seindah itu,
Pantai tanjung sekarang memiliki kondisi yang buruk dalam segi keindahan maupun segi fasilitas umum. Kurangnya perhatian pemerintah dan juga kesadaran pengunjung memuat lingkungan pantai menjadi kotor, banyak sampah – sampah plastic yang bisa kita jumpai di sepanjang pantai, belum lagi ketika hari – hari libur, tentunya akan sangat banyak sampah yang di hasilkan di pantai tanjung jumlai ini, dikarenakan jumlah pengunjung yang sangat ramai, di tambah juga wisata pantai tanjung jumlai ini tidak memeiliki petugas kebersihan yang bertanggung jawab akan kebersihan pantai tersebut, di tambah juga dengan minimnya fasilitas persampahan yang ada di kawasan tersebut, hanya sedikit tempat sampah yang di miliki kawasan wisata tanjung jumlai yang bisa di bilang sangat kurang jumlah tempat sampahnya karena selain jumlah pengunjung yang sangat ramai dikunjungi apabila hari – hari libur sekolah dan nasional.
Abrasi adalah proses dimana terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Dan meski Abrasi dapat disebabkan oleh gejala alami tapi manusia lah yang dijadikan sebagai penyebab utama terjadinya abrasi. Abrasi ini dapat terjadi kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia. Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai.

Pantai tanjung jumlai sudah mengalami abrasi, pastinya akan semakin bertambah luas jika tidak segera ditangani oleh pemerintah, salah satu pencegahan abrasi tersebut bisa menggunakan cara penanaman pohon mangrove, atau dalam arti lain hutan mangrove, atau juga bisa di buat ombak, akan tetapi dana yang di butuhkan sangatlah mahal. Tetapi sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mengelola sumber daya alamnya dengan sebaik mungkin, karena merupakan sebuah asset yang harus di jaga oleh pemerintah, pariwisata juga apabila di kelola dengan baik bisa menjadi tambahan pendapatan ekonomi daerah yang jumlahnya cukup besar di lihat dari jumlah pengunjung yang ada.

Selasa, 31 Mei 2016

Urbanisasi kesalahan Para Perencana Pembangunan ?

Urbanisasi merupakan fenomena yang terjadi di hamper seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Fenomena urbanisasi di Indonesia terjadi ketika penduduk yang masuk ke kota – kota besar sangat banyak dan tidak mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi serta kemampuan suatu kota dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan sarana prasarana.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk migran dari semua kota besar dan daerah sekitarnya ternyata cukup banyak. Hal tersebut membuktikan bahwa fenomena urbanisasi telah dialami oleh semua kota – kota besar di Indonesia.

Permasalahan yang paling jarang terlihat oleh masyarakat umum adalah kesalahan para city planner ( yang lebih banyak mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi di kawasan perkotaan daripada pengembangan sector pertanian di pedesaan ).

Hal tersebut menimbulkan beberapa dampak urabanisasi yang seharusnya menjadi masalah yang serius jika seandainya pertambahan penduduk di kota – kota besar tidak sebanding dengan perkembangan ekonomi dan sarana prasarana, maka yang terjadi adalah urbanisasi yang lebih banyak menimbulkan dampak negative daripada dampak positifnya.

Dalam hal ini kesalahan para perencana pembangunan adalah lebih banyak mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi pada kawasan perkotaan daripada pengembangan sector pertanian di pedesaan, dengan alasan pembangunan ekonomi perkotaan mampu memajukan perekonomian negara. Padahal, masyarakat di Indonesia masih begantung pada sector pertanian, selain itu kualitas sumber daya manusianya masih rendah sehingga tidak mampu terserap oleh lapangan pekerjaan di kawasan perkotaan yang menggunakan teknologi tinggi dan hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, sector pertanian menjadi kurang berkembang. Dan membuat cukup banyak warga pedesaan yang ingin untuk pindah ke kota besar demi mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Berdasarkan permasalahan di atas bisa di dapatkan solusi berupa pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat desa tersebut sebetulnya telah di lakukan oleh pemerintah saat in, salah satu contohnya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, sasaran dari program ini adalah masyarakat miskin di pedesaan yang dampaknya adalah kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan di perdesaan semakin meningkat.

Mempercepat pembangunan desa juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak urbanisasi. Tujuannya, agar pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat bisa di rasakan manfaatnya. Salah satu upaya agar pembangunan di desa lebih cepat adalah memberikan kewenangan lebih kepada pemerintah desa dalam mengurusi keuangan, karena dari pemerintah desa lah yang lebih faham tentang kebutuhan masyarakat di desanya.

Senin, 09 November 2015

Seputar Perencanaan dan Komunikasi

Komunikasi ? apa itu Komunikasi ? kita sering mendengar istilah komunikasi bukan tetapi kita kurang bisa memahami apa arti komunikasi sebenarnya, disini saya akan menjelaskan apa itu komunikasi dan apa saja komunikasi itu.
Komunikasi adalah Communicatio berasal dari kata communis berarti sama dan Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber (pemberi/komunikator) kepada penerima (komunikan) melalui saluran (media) dan sebaliknya. Dan menurut Everett M. Rogers Komunikasi adalah suatu proses dimana yang terlibat, menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai saling pengertian. Lalu menurut Keith Davis Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan pengertian dari seorang kepada orang lainnya. Selanjutnya adalah pembagian komunikasi. Komunikasi menurut cara penyampaiannya dibagi menjadi 2 yakni yang pertama komunikasi lisan dan yang kedua komunikasi tertulis, adapun contoh komunikasi lisan seperti : dialog, dan telepon kemudian contoh dari komunikasi tertulis seperti : surat,naskah, gambar, spanduk. Dan komunikasi menurut kelangsungannya juga dibagi menjadi dua yang pertama komunikasi langsung dan yang kedua komunikasi tidak langsung, contoh komunikasi langsung yaitu : dialog dan konsultasi sedangkan komunikasi tidak langsung seperti telepon, chatting, SMS. Lalu ada lagi komunikasi menurut prilaku yang di bagi menjadi dua juga yang pertama komunikasi formal semisal rapat kerja, seminal, konferensi, dan kemudian yang kedua adalah komunikasi informal seperti kita bicara kepada sesame teman atau lebih tepatnya tidak di ikat aturan. Dan selanjutnya ada komunikasi non formal yaki campuran antara komunikasi formal dan informal dalam artian santai tetapi serius seperti contoh komunikasi individu dalam kelompok organisasi. Dan yang terakhir ada komunikasi menurut aliran informasi, yang pertama adalah komunikasi satu arah yakni komunikasi satu pihak saja dan komunikasi ini terjadi karena kondisi darurat lalu biasanya komunikasi ini berbentuk Bahasa perintah. Dan selajutnya komunikasi dua arah yakni komunikasi yang bersifat timbal balik atau salin terbuka, dan biasanya terjadi karena adanya pertukaran informasi, gagasan, ide ataupun pendapat. Kemudian adalagi komunikasi ke atas yakni komunikasi bawahan dengan atasannya, lalu komunikasi ke bawah yakni komunikasi bawahan dengan atasan, dan yang terakhir ada komunikasi ke samping yaitu komunikasi kepada orang yang memiliki kedudukan sejajar.
Lalu bagaimana komunikasi dalam bidang perencanaan wilayah dan kota ? komunikasi dalam perencanaan wilayah dan kota biasanya dilakukan untuk pendekatan kepada masyarakat tentang sebuah rencana yang telah di buat oleh seorang planner, jika kita tidak bisa berkomunikasi dengan baik, bagaimana bisa kita sebagai seorang planner akan meyakinkan kepada masyarakat bahwa rencana kita terhadap suatu kota akan terwujud ? jadi dalam bidang perencanaan wilayah dan kota komunikasi tidak hanya di butuhkan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat tetapi juga dilakukan untuk presentasi tentang suatu konsep perencanaan.
Tidak lepas dari bidang perencanan wilayah dan kota, seorang planner dalam merencanakan suatu wilayah jelas membutuhkan sebuah peta. Lalu apa pengertian dari peta itu sendiri. Peta adalah sebuah alat peraga penyampaian ide gambaran kenampakan bentuk muka bumi (Sandy, 1986). Sedangkan pendapat lain mengakatan bahwa peta memiliki arti gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dan kenampakannya dilihat dari atas (Erwin Raisz). Lalu apa hubungannya atau apa pentingnya peta bagi seorang planner ? jawabannya sangat penting sekli karena peta adalah salah satu media komunikasi informasi ruang dan juga sebagai media untuk membantu pekerjaan, seperti konstruksi jalan, navigasi, dan peta juga bisa membantu seorang planner dalam membuat sebuah desain missal desain tata ruang wilayah, ataupun desain jalan sekalipun, dan yang tidak kalah pentingnya lagi peta sebagai salah satu media data, misalkan perhitungan volume, evaluasi lahan dll. Jadi peta sangat penting bagi seorang planner atau bisa di bilang sebagai salah satu bahan perencanaan.
Selanjutnya ada macam peta, klasifikasi peta dibagi menjadi tiga yaitu peta berdasarkan bentuk, berdasarkan sifat, dan berdasarkan skala. Lalu dalam pembagian peta berdasarkan sifat ada peta topografi yaitu peta yang bersifat umum dan mengandung unsur-unsur alam seperti gunung,sugai,danau,laut,vegetasi,garis pantai, dan jalan, dan peta topografi ini menunjukkan rupa bumi, kemudian selanjutnya ada peta tematik yaitu peta yang bersifat selektif dan hanya mengandung unsur satu topik seperti penggunaan lahan dan rawan bencana, dan pete sistemik ini hanya menapilkan informasi khusus atau spesifik. Dan selanjutnya pembagian peta berdasarkan bentuk ada dua jenis peta yakni peta garis yaitu peta yang manggambarkan bayangan permukaan bumi pada peta yang terdiri atas garis, titik dan area yang dilengkapi teks dan symbol sebagai tambahan informasi. Kemudian ada peta foto /citra yaitu bayangan permukaan bumi yang disajikan dalam bentuk foto yang merupakan informasi yang berasal dari satelit, sebagai contoh : google earth. Dan selanjutnya ada pembagian peta berdasarkan skala ada peta skala besar yaitu peta yang memiliki skala kurang dari 1 : 10.000 di gunakan untuk wilayah yang relative tidak luas seperti wilayah suatu kelurahan atau kecamatan. Kemudian ada peta skala sedang yaitu peta yang memiliki skala antara 10.000 – 100.000 digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas seperti wilayah suatu provinsi. Dan yang terakhir peta skala kecil yaitu peta yang menggunakan skala antara 100.000 – 1.000.000 digunakan untuk menggambarkan daerah yang cukup luas biasanya berupa wilayah provinsi dan Negara.
Karena peran pentingnya peta bagi seorang planner sebagai komunikasi visual, peta memiliki komponen – komponen yang harus ada dalam suatu peta yaitu Judul peta, peta harus diberi judul yang mencerminkan isi dan jenis peta yang akan di tunjukkan. Judul peta biasanya di letakkan di bagian tengah atas peta. Kemudian ada penunjuk arah atau mata angin yang di gunakan sebagai penunjuk arah atau orientasi peta. Tanda ini biasanya diletkkan di sebelah kiri atas atau di tempat kosong agar tidak mengganggu induk petanya. Selanjutnya ada skala peta, skala peta adalah perbandingan antara pada peta dengan jarak horizontal sebenarnya di lapangan dan berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu : skala angka atau numeris, yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat atau pecahan. Contoh 1:25.000 berarti 1 cm jarak pada peta = 25.000 cm (250m) jarak yang sebenarnya di lapangan. Yang kedua yatu skala grafis contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak sebenarnya. Kemudian ada legenda, legenda adalah kolom keterangn yang berisi tentang symbol – symbol pada peta yang digunakan agar lebih mudah difahami pembaca. Pada umumnya di letakkan di sudut kiri bawah peta. Kemudian ada garis kerangka dan garis tepi peta yang pada umumnya disajikan garis – garis kerangka dan garis tepi peta. Garis kerangka merupakan garis – garis yang terdapat pada muka peta, dan garis tepi merupakan garis yang membatasi wilayah yang dipetakan, pada umumnya dibuat rangkap dua, kolom tengahnya digunakan untuk penulisan koordinat dan waktu pada wilayah peta tersebut. Penyajian garis kerangka dan garis tepi biasaya dalam bentuk garis grtikul atau garis grid. Penggunaan garis gratikul biasanya untuk peta skala kecil dan peta skala besar biasanya menggunakan garis grid. Perpotongan dua garis gratikul merupakan pernyatan posisi lintang dan bujur suatu titik di permukaan bumi. Kemudian ada sumber data dan tahun pembuatan peta, sumber data diperlukan untuk mengetahui sumber peta tersebut diperoleh dan tahun pembuatan peta berguna untuk mengetahui tahun pembuatan peta tersebut, terutama pada peta – peta yang menggambarkan keadaan wilayah yang cepat berubah. Kemudian ada inset yang memiliki arti gambar peta yang berada di luar peta utama tetapi masih berada di dalam garis tepi dengan ukuran lebih kecil. Inset berfungsi sebagi petunjuk lokasi suatu daerah terhadap daerah sekitarnya yang lebih luas. Kemudian Simbol dan tata warna, symbol merupakan tanda – tanda khusus yang umum diguanakn untuk ewakii keadaan sebenarnya. Symbol peta di bagi menjadi 4 bagian yaitu: symbol titik dapat dibedakan atas 3 yaitu: symbol piktoral ( symbol gambar ) yaitu symbol yang berupa gambar seperti keadaan sebenrnya, symbol geometric yaitu symbol yang berupa bangun matematika, symbol huruf yaitu yang berupa bentuk huruf yang di ambil huruf pertama atau kedua dengan nama unsur yang di gambarkan.
Symbol garis. Symbol pada peta yang menggunakan garis untuk menunjukkn suatu objek di permukaan bumi. Garis juga digunakan untuk menunjukkan perbedaan tingkat kualitas, yang dikenal dengan isolines. Berikut ini macam – macam isolines: kontur yaitu garis yng menunjukkan ketinggian yang sama, isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama., isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama, isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama, isotherm yaitu garis denganangka suhu sama, isopleth yaitu garis yang menunjukkan angka kuntitas yang bersamaan. Simbol wilayah. Symbol dalam peta yang digunakan untuk menunjukkan objek di permukaan bumi seperti pemukiman, areal pertanian,perkebunan, dan lain sebagainya. Symbol warna, BIRU: symbol perairan, misalnya sungai,danau, dan laut. HIJAU: symbol vegetasi, dataran rendah, dan hutan. COKELAT: symbol daerah kontur, daerah pegunungan. KUNING: symbol untuk daerah kering, daerah dataran tinggi. MERAH: symbol untuk daerah yang panas dan unsur peta yang penting lainnya, misalnya jalan kota. HITAM: symbol untuk penanaman objek pada peta, misalnya judul peta, nama kota, gunung, laut, dan semua unsur geografi. Symbol warna biasanya digunakan untuk mempertegas informasi suatau daerah, umumnya digunakan pada peta berwarna
          Dan dari semua data di atas seorang planner akan menghasilkan produk – produk perencanaan yang dibagi menjadi dua, yang pertama adalah produk utama (diperintahkan menurut undang-undang ) dan produk pelengkap (tidak diperintahkan melalui undang – undang):
Produk utama :
–  RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah), RENSTRA (Rencana Strategis), SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
–  RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), Rencana Rinci Tata Ruang, Rencana Kawasan Strategis, dll
Produk pelengkap :
–   Master plan kawasan, master plan kegiatan pembangunan.dll.
–   Rencana khusus sektoral : SISTRANAS , TATRAWIL, RIPPDA

     Sedangkan peta pada produk perencanaan ada berbagai macam seperti RTRW nasional, RTRW provinsi, RTRW kota, RTRW kabupaten, RDTRK (), RTBL (), sedangkan perbedaan  visualisasi masing – masing peta terlihat pada bentuk digitasinya. Sedangkan muatan – muatan pada setiap berbeda antara satu dengan yang lain, yang pertama RTRW nasional memuat tentang Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional, Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional, Penetapan Kawasan Strategis Nasional, Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional. Yang kedua RTRW Provinsi memuat tentang Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, Penetapan Kawasan Strategis Provinsi, Arahan Pemanfaatan  Ruang Wilayah Provinsi. Dan selanjutnya ada RTRW kabuaten yang memuat tentang: Rencana Struktur Ruang Wilayah Kab/Kota, Rencana Pola Ruang Wilayah Kab/Kota, Penetapan Kawasan Strategis Kab/Kota, Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kab/Kota. Kemudian ada RDTK yang di dalamnya terdapat Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Jaringan Prasarana, Penetapan bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan, Peraturan zonasi. Terakhir ada RTBL yang mencakup Rencana umum dan panduan rancangan, dan dari semua peta di atas kita bisa mearik kesimpulan bahwa semakin kecil peta kawasan maka semakin detail info data pada peta tersebut.

peta RTRW NASIONAL
peta RTRW Provinsi
peta RTRW Kabupaten


Peta RTRW Kabupaten

      Sedangkan untuk penyebaran informasi produk perencanaan bisa melalui media informative yang bisa di jangkau oleh semua kalangan, bukan hanya saja kalangan menengah ke atas yang bisa memahami apa itu produk perencanaan namun juga masyarakat kalangan menengah kebawah, jadi bisa menggunakan media seperti, poster, video, animasi, spanduk atau yang lainnya seperti contoh poster di bawah ini
Poster Perencanaan


          Dan tools atau aplikasi untuk membuat produk – produk perencanaan ada banyak diantaranya ada corel draw yang biasanya digunakan untuk membuat poster perencanaan, lalu kemudian ada sketch up yang biasa di gunakan dalam pembuatan sketch tata ruang pada konsep perencanaan selanjutnya ada autocad yang berguna untuk digitasi peta, kemudian ada juga arcgis yang fungsinya sama untuk digitasi peta tetapi ada perbedaan antara autocad dan arcgis, perbedaannya yaitu terletak pada database, kalua di autocad tidak bisa meginput database langsung, sedangkan kalua di arcgis bisa langsung menginput database ke dalam peta tersebut, 
jadi mungkin itu kira – kira yang saya bisa bahas dalam post kali ini.



Rabu, 04 November 2015

Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
   Adalah perguruan tinggi negeri yang telah diresmikan pendiriannya pada tanggal 6 Oktober 2014 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Kampus ITK berada di kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia. Proses pendirian ITK berawal dari keinginan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan SDM Teknik di luar pulau Jawa. Pada tahun 2011 Dirjen Dikti mengundang perwakilan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya untuk memulai studi kelayakan pendirian institut teknologi di Kalimantan. ITS kemudian membentuk tim untuk melakukan studi kelayakan pembangunan sebuah Institut Teknologi di Kalimantan. Sebelum itu, pemerintah provinsi Kalimantan Timur telah menyanggupi untuk membantu pembangunan Institut Teknologi tersebut dengan menyediakan lahan seluas 300 Ha di Balikpapan, tepatnya di jalan Soekarno Hatta KM 15 (Jl. Sungai Wain), kelurahan Karang Joang. Melalui Forum FGD yang diselenggarakan di Balikpapan dan Samarinda oleh tim Studi Kelayakan dari ITS, tercetuslah nama Institut Teknologi Kalimantan, ITK. Hasil studi kelayakan tersebut, ditindaklanjuti dengan dimulainya pembangunan gedung ITK dan penerimaan mahasiswa ITK pada tahun 2012.
Pada penerimaan mahasiswa angkatan pertama tersebut, ITK menyediakan lima jurusan, yaitu Jurusan Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik Sipil, dan Teknik Perkapalan, dengan kuota masing-masing jurusan 20 orang. Jalur penerimaan mahasiswa ITK tersebut dilakukan melalui Seleksi Masuk ITK (SMITeK) yang merupakan hasil kerjasama antara ITS dan Pemprov Kaltim. Seluruh mahasiswa berasal dari provinsi Kaltim dan mendapatkan beasiswa Kaltim Cemerlang. Pada tahun 2013, ITK kembali melaksanakan SMITeK, dengan membuka jalur Mandiri Nasional untuk calon mahasiswa yang berasal dari luar Kaltim. Selain itu, juga dibuka lima jurusan baru, yaitu Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fisika, Matematika, Sistem Informasi, dan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Tahun 2015 ini, ITK kembali mengadakan seleksi masuk ITK (SMITeK) melalui dua jalur, yaitu jalur Mandiri dan jalur SBMPTN. Seleksi Lokal Berbeasiswa Pemprov Kaltim dan Seleksi Nasional (melalui skor nilai SBMPTN). Pada tahun ini pula ITK diresmikan sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada tanggal 12 Oktober 2014, dilakukan pelantikan Rektor ITK pertama di Jakarta. Terpilih sebagai Rektor I ITK adalah Prof. Sulistijono, DEA, Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.